LAMPUNG CYBER TEAM


Parapat

deskripsi singkat

Meskipun kota kecil di pinggiran Danau Toba, Parapat telah lama terkenal terutama karena pintu utama untuk masuk ke Pulau Samosir melalui perjalanan kapal atau feri di samping daya tarik Kota Parapat itu sendiri. Memandang Danau Toba dari Parapat juga membuat orang betah tinggal di kota pinggiran danau ini. Sebelum berangkat ke Samosir, orang tidak jarang singgah dulu bernmalam di Kota Parapat. Dalam bahasa setempat, kata Parapat memiliki beberapa arti yakni ‘nama Ibu Kota Kecamatan Girsang Sipangan Bolon’, ‘rapatkan atau dekatkan’, ‘lumbung yang dianyam dari bambu’. Arti pertama secara administratif pemerintahan memang menunjukkan bahwa Parapat merupakan ibu kota kecamatan, sedangkan arti kedua dapat dimaknai sebagai ajakan agar orang “merapat” untuk datang ke Kota Parapat untuk menikmati keindahan pinggiran Danau Toba. Arti ketiga menyatakan bahwa di tempat ini dahulu terkenal dengan pembuatan dan penjualan berbagai wadah yang terbuat dari anyaman bambu sehingga kota ini disebut lumbungnya atau tempatnya berbagai anyaman bambu. Para penduduk yang mayoritas dari etnik Toba hidup bersama dengan mereka dari etnik Simalungun serta pendatang lainnya dengan berjualan makanan, pisang, mangga, dan berbagai buah-buahan hasil pertanian masyarakat sekitar kota Parapat. Restoran yang menjual makanan dengan berbagai lauk ikan danau dan hewan peliharaan tersedia baik makanan khas setempat maupun makanan halal untuk wisatawan. Jika orang berkunjung ke Parapat, dia perlu meluangkan waktu untuk mengelilingi kota kecil yang berada di pinggir Danau Toba itu. Banyak tempat wisata yang begitu menarik untuk dikunjungi. Selain dapat menikmati keindahan Danau Toba, Kota Parapat juga menyimpan begitu banyak arsitektur unik dan bangunan tua yang indah. Di kawasan ini terdapat sebuah bangunan kuno yang letaknya di semenanjung tebing yang curam. Bangunan ini menjadi saksi bisu sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia. Di sinilah presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno diasingkan oleh Belanda. Gaya arsitektur neoklasik benar-benar terwujud pada bangunan tempat pengasingan Bung Karno itu. Jika cuaca cerah, bangunan ini terlihat jelas pada waktu terbenamnya matahari. Di sekeliling Kota Parapat kita dapat melihat bahwa gaya arsitektur bangunan merupakan harmonisasi dari tiga elemen arsitektur yakni arsitektur tradisional, modern, dan tropis. Selain wisata arsitektur, Parapat juga kaya akan potensi alam seperti pinggiran Danau Toba, rumah-rumah ibadah, peninggalan sejarah, dan berbagai jenis kuliner. Kesejukan kota kecil ini akan membuat orang betah berkeliling kota menikmati eksotisme yang ditawarkan.